WHY I STOP PLAYING INSTAGRAM

-
Oke, selamat datang.
Selamat menikmati tulisan ini kembali.
Draf tulisan ini sebenernya udah ada sekitar 2 minggu yang lalu, tapi ya namanya malas gabisa dibendung. Yaaa only become draf and never continue to be written hehehe finally hari ini gue selesaikan what's on my mind since 2 weeks ago.



Photo by Phix Nguyen on Unsplash


Akhir-akhir ini sebenernya gue sempet mikir, kenapa hal ini harus kejadian lagi sekarang di mana gue udah menginjak semester 4. Dari judul yang bisa lo liat dan baca yes! Itu sama sekali ga salah, iya lo ga salah baca kok itu beneran. Mungkin alesannya belum banyak yg tau dan emang gue juga bukan tipe orang pencerita. Dulu pas kelas 3 SMA gue juga melakukan hal yang sama, gue ga mau maen-IG karena pengen fokus belajar wkwkwk alasan yg amat sangat cliche, gapapa. Dari awal kelas 3 SMA gue ga pernah install lagi IG inside my phone, selain gawai gue waktu itu kurang capable buat IG ya maklum memori gue kecil cuy. Selama kelas 3 SMA lo bisa bayangin aja hidup gue kaya gimana disaat temen-temen pada buka hp buat tukeran uname IG, scroll timeline, up foto jalan-jalan, dll. Sedangkan gue put my earphone at class and reading books, ngerjain soal, baca berita di line today, scroll kisah inspiratif ala google, baca BBC, CNN, NYT, walaupun gue ga ngerti banget isi beritanya karena pake bahasa inggris, ya pokonya hidup gue waktu SMA gitu aja. 

Ujian SBMPTN sengaja isi panlok di Bandung biar bisa jalan-jalan sendirian aja, sebelum itu gue juga udah pernah ke Bandung cuman buat ke Open House-nya ITB :) Gue kira bakal jodoh ama Bandung eh jodoh-nya di Jakarta, gapapa apapun hasilnya harus bisa bersyukur. Akhirnya gue back IG account di tanggal 8 Juni 2018. 

Setelah satu tahun gapake IG waw gue merasa sangat jadi manusia tradisional, dan gaptek. Kaku banget cuy gila ini aplikasi udah makin canggih. (ngga lu, sebenernya lo aja yg aneh).
Gue juga sempet matiin acc lagi di awal semester 1 pas masuk kuliah ya sekitar 4 bulan.
Reason-nya simple, sometimes gue ngerasa kalo IG adalah aplikasi yg toxic buat gue. Lo bisa menghabiskan banyak waktu buat duduk dan menatap gawai kesayangan lo 2 jam tanpa ngantuk buat maen IG, meanwhile look at you kalo disuruh belajar 1 jam aja udah malas-malasan, lo bisa liat life style semua orang, update lokasi sekarang gampang kalo lo ga tau temen lo lagi di mana cek insta story cuy easy, berlomba-lomba pake 2nd acc untuk berbagi realita kehidupan nyata versi hidup sebenarnya, berbagi another side story of your life as close friend edition. (wait anyway gue juga pake 2nd yg isinya memperlihatkan how I spend my daily as sobat ambis :) tbh I don't believe I do the same)
Finally, gue berada di titik yg ga gue suka, when I lost my self sink into something called overthinking. Berkaca sama diri gue, alesan apa sebenernya yg bikin gue ga percaya diri dan terus membandingkan hidup gue sama orang lain. Insecurities katanya sih, kenapa ya gue gabisa kaya dia? coba aja gue jadi dia? cantik nih. Pasti banyak yg naksir. 

Padahal belum tentu hidup semua orang kaya yg lo liat di Instagram, mereka punya versi cerita yang ngga kita tau kenyataan seperti apa yg ada di dalam hidup mereka. Just let it be, buat saat ini yg gue tau gue cuman butuh untuk close beberapa tabs di hidup gue termasuk salah satunya ini. Ga maen Instagram dulu deh coba, sehari dua hari mungkin susah untuk menyesuaikan. Tapi akhirnya gue bisa, bisa mengatasi dan tau kekurangan diri gue saat ini apa. Mungkin gue ga secantik orang-orang yang sering lo liat di Instagram, but remember that beautiful is not only from appearance. Just be the best version of you! Sebagai pengalih perhatian, akhirnya gue install Quora. Kenapa gue baru tau Quora sekarang sih astaga kemana aja gue. Ini app bikin gue jatuh cinta sama isinya, banyak banget cerita ataupun tulisan-tulisan mulai dari science, psikologi, top secret, tips and trick. Gue bisa stay di Quora dan baca banyak topik selama 1 jam. 

In the end, buat siapapun yang sedang merasa insecure dan selalu overthinking before you go to bed. Eventually, you only need someone to hear your story and be your listener. Try to put our shoes on their shoes too. Don't let yourself lead by your ego and blurry question. Don't blame yourself for something that you don't even know the answer. You have your own palace, and you are the king in your mind palace. If you ask me, how can I survive? here is the pict that says everything.

Photo by Valentina Conde on Unsplash
Be a woman on a mission.

Komentar

  1. CREAMENO18 Mei 2020 pukul 18.02

    Hi mba, salam kenal :D

    Menurut saya, kadang menjadi tradisional (atau kata orang 'primitif') itu nggak apa-apa, especially kalau hal yang tadinya kita lakukan justru memberikan 'racun' pada diri kita termasuk memapar rasa insecure kita yang tadinya mungkin kita nggak punya karena kita percaya pada kualitas kita :>

    So, sesekali stay away dari hal-hal seperti itu adalah lumrah, dan saya pun melakukannya meski alasan saya sebenarnya karena saya lebih suka menulis panjang lebar sedangkan di IG captionnya terbatas :))) dan lelah juga pegang handphone kelamaan sampai kelingking saya gepeng dibuatnya :"""D

    Hehehe, semoga mba bisa menghilangkan rasa insecure yang ada, dan tau bahwa mba berharga, cantik, serta pintar sesuai kualitas yang mba punya, tanpa harus membandingkan diri mba dengan orang-orang di luar sana <3

    Semangat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. a slice of bread20 Mei 2020 pukul 01.25

      Hai mba yang di sana!!

      Makasih mba support-nya sangat berarti untuk saya :) saya terenyuh ada yang send komen di sini dan sangat baik hati. Anyway mba, tulisan mba bagus-bagus saya ikut senyum kalo baca cerita lucu di blog mba hehehe.

      Semoga mba yang baik hati senantiasa diberi kemudahan dan perlindungan dimanapun mba berada! Terima kasih sudah mengingatkan saya kalau semua pribadi itu unik. (send virtual hug for mba-nya) hehehe.
      Semangat mba! Like you said Know your worth.

      Hapus
  2. Nestasyaa15 Juni 2020 pukul 05.22

    Halo mba salam kenal.
    Aku juga pernah stop playing instagram malah sosmed aku yang lain juga karena beberapa alasan. Menurut ku itu hal yang wajar aja kok..Oia untuk insecure sendiri semoga bisa terlepas dari diri kita ya. Soalnya aku juga insecure. Salam kenal ya aku juga punya blog, janlup di visit ya👉👈

    BalasHapus
    Balasan
    1. a slice of bread21 Juni 2020 pukul 15.30

      Hallo mba!!
      Sometimes we have to close some tabs in our life, terbukti penggunaan media sosial yg teratur bisa membantu diri kita lebih sehat lagi.

      Thank you mba, I'll visit your blog too!! :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JADILAH BESAR BESTARI

-
Gambar
Perjalanan, takdir, dan kenangan saat ini aku mendoakanmu untuk 'Jadi Besar dan Bestari' mengulurkan tanganku, untukmu.  Mencoba kembali untuk membantumu lebih baik, lebih besar, lebih bijak, dan lebih mengerti bahwa kamu selalu punya Rumah untuk pulang. Aku mungkin kadang menyebalkan, selalu berisik bertanya apa yang sedang kamu kerjakan, percayalah aku sedang berusaha menemanimu dalam hidup ini. Tidak mungkin kalau aku hanya berjalan sendirian, dan membiarkanmu selalu terbang menembus awan.  Niscaya aku akan selalu mengingatkan hal-hal kecil sederhana tentang kehidupan, jika kamu salah akan aku sampaikan meskipun pahit dan tajam. Maka, bantu aku setulus hatimu, untuk berjalan melewati ini semua, tidak perlu berlari aku suka belajar tentangmu pelan-pelan. Lima tahun sudah sejak Agustus 2018 pertama kali aku mengenalmu.   Apapun yang kamu hadapi... Kamu harus tau, sesulit apapun kita dengan ujian ini. Aku selalu ada. Kamu harus tau, seburuk apapun kamu di dunia ini. Aku selalu
Baca selengkapnya

MONA LISA SMILE

-
Gambar
By Sunday Morning, I wake up and do some research I assumed that this is the small research that I do. Anyway, the first song that I listen when I wrote this journal is Vienna by Billy Joe, after I cleared up my tiny house. I jumped directly into Netflix and just randomly looking for some good stuff, been a while since I watch Cigarette Girl (in fact I'm not done yet to finish all the episodes due to my heavy heart) when watching it. So let's discuss what we have after watching this beautiful movie called...  Mona Lisa Smile, i t is a film about women’s awareness of education. In a good review delivered by The New York Times said that...  ''Mona Lisa Smile'' preaches disruptive female self-empowerment out of one side of its mouth while out of the other it invokes the dream of being swept up, up and away by Prince Charming. Julia Roberts played a role as a lecturer, moves from California to East to teach demure art and history at Wellesley College in 1953. The pr
Baca selengkapnya

Hujan di Jakarta: Cerita tentang dunia-nya

-
Gambar
BAB PERTAMA Hari ini hujan di Jakarta, menjelang maghrib atau entah aku lupa. Akhir-akhir ini manusia sedang ada dalam segala suasana. Hujan di Jakarta, seperti biasa menemani setiap sudutnya dengan gegap gempita. Tapi hanya ada satu manusia yang sedang mengejar mimpinya, hujan di Jakarta mengantarkan pada asa yang tertunda, menjelma jadi duka nestapa atau tangis bahagia. Hujan di Jakarta dan langkah kakinya,  mencoba meyakinkan kembali satu manusia yang sedang kecewa lewat usaha dan aksinya. Hujan di Jakarta, memercikan refleksi seperti air yang menjadi kaca.  Hujan di Jakarta, yang jelas membawakan aku doa. BAB KEDUA Semenjak aku membuka buku yang paling aku suka, aku sadar bahwa wanita memang penuh makna. Tidak usah banyak bicara, namun tetap mempesona. Jeng Yah dan suasana Kota M pada masanya mengingatkanku pada nilai kebudayaan, dan sosok wanita yang sempurna. Aku sudah menamatkan bukunya, tapi serialnya tak kunjung aku pungkaskan. Jeng Yah, sosok wanita kuat dan teguh pendirian,
Baca selengkapnya