Menuju S.Par

Aku telah menyambut tahun ini dengan sesuatu yang aku biarkan begitu saja, iya aku biarkan selaras seperti yang tuhan rencanakan untukku hari itu. Aku pandangi atap Kantor tempat mencari berkah kehidupanku selama dua tahun ini. Aku bersyukur untuk itu, aku sangat senang bisa berkembang dan tumbuh di sini. Aku lihat lagi buku-buku yang tersusun rapih di mejaku, aku hanya tersenyum simpul karena lembarannya selalu menguatkanku. Oleh-oleh cantik dari teman, orang dekat, semuanya terpajang dan aku kembali tersenyum simpul. Obrolan santai hari itu bersama direksiku, mengingatkan kalau bahagia kita yang cipta, kalau tangis kita yang cipta, masih kutitipkan doaku pada yang maha kuasa. 

Dunia saksinya saat ku duka, jurnal yang aku tulis berserakan di atas meja, setelah aku baca kembali isinya aku tau kalau wanita ini sangat kuat diciptanya, sangat tangguh pundaknya, sangat sabar hati kecilnya, sangat cantik hati, tangan dan pikirannya. Semua orang menyayanginya, parasnya memang sering kali seringai, ucapnya kadang memang tajam, tapi dia... Dia bisa rapuh dan pecah dengan beberapa hal yang dirasanya penting. 

Kalau ditanya aku sudah tidak di fase memaksa dan meminta. Beruntunglah kalian jika masih ada orang yang mengundang, mengajak, dan meminta terutama soal waktu. Aku jamin rasanya seperti orang penting. Tahun ini aku akan belajar, belajar membiarkan semuanya mengalir, mengalir sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Menerima, jika orang berkata tidak, jika orang tidak memberi waktunya, jika orang tidak berjalan bersamaku, jika orang tidak menemaniku, jika orang tidak sesuai dengan ekspektasiku. 

Menangis di jalan pulang, sepertinya aku sering lakukan dengan serapah yang terdengar hanya untuk diriku sendiri. Mencari jalan pulang yang bisa aku ingat tujuannya ada dimana. Ini semua akan berakhir dengan senyuman paling lebar, iya semuanya akan berakhir dengan rasa syukur dan bangga pada waktunya. Dia akan mengingat semua langkah kecil itu, langkah yang membawanya pada mimpi besarnya. Dia percaya bahwa semua orang bisa bermimpi, tapi tidak semua bisa berjuang untuk mimpinya. Dia tidak takut pada mereka yang mencela, pada mereka yang memandang sebelah mata, pada mereka yang hidup hanya untuk sebuah penghargaan, dan jabatan. 

Yang pertama di tahun 2024 bagiku adalah, menerima. 

Setiap tahun pahit manis itu selalu jadi bukti betapa kerasnya aku untuk diriku sendiri. Tersendu memang, apakah merasa sudah cukup dan menyerah? Aku hanya perlu mengapresiasi diriku sendiri lebih banyak lagi nyatanya. Membuka semua peluang baru yang ada di hadapanku, membuka mata dan pikiranku untuk dunia ini. Haus dalam ilmu, dan pengetahuan baru. 

Ada malam yang sesak di dada, ada hari terang yang menggelora. 

Ada peluh dan lusinan cerita yang tertunda demi sebuah permakluman katanya.  

Nyatanya lembar putih atau coklat itu yang selalu jadi labuhan akhir bagiku, Kota ini memang tempat menjajikan untuk mencari nafkah. Tapi Kota ini kadang membawaku terlalu jauh dari siapa diri ini sebenarnya. Petualangan ini, roller coaster ini, pelajaran ini, lembur ini, laptop ini, Taman di tengah Kota itu akan selalu menjadi tempat nyaman disela riuh nya pikiranku di Jakarta. Tapi tidak akan orang yang tau aku sudah tuangkan apa saja di sana. 

Tuhan doa-doa yg tertulis di dinding kamar kecil itu masih sama, doa-doa itu masih tersisa satu yang aku ingin coba dengan kemampuanku. Jika nanti aku jatuh kembali, tolong... aku hanya butuh dikuatkan saja dan diberi kemampuan untuk berlapang dada serta menerima. 

Dear LJ, you gotta be strong. 

Keep shining, you deserve your dreams you have to carry on because your lives still going on.

Live your life to the fullest and embrace each moment, have unforgettable and precious treasure. 

Make your own story line, show everybody that show is beginning and curtain has risen.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

JADILAH BESAR BESTARI

MONA LISA SMILE

Hujan di Jakarta: Cerita tentang dunia-nya